Minggu, 23 Juli 2017

CORPORATE FINANCE/ACCOUNTING

As a member of the corporate finance/accounting team you will add value to our business by producing financial reporting, accounts and forecasting. Jobs in this domain can be found at a corporate level and in our different business units.

Consolidation Accountant

You organise and follow up the gathering of the subsidiaries' data needed for the consolidation process, in order to meet the legal requirements concerning the bookkeeping of groups of companies.
You produce pieces of information used to draw up the financial report, and participate in the setting up of information systems to control and transmit information from the entities / subsidiaries to headquarters.
Main interlocutor of the subsidiaries, you are aware of the challenges they face and provide advice within your area of expertise.

Accountant

You contribute to elaborate periodical financial statements, in particular accounting, regulatory, fiscal and reporting statements, in compliance with the Group's referentials and standards. You participate in the implementation of new procedures and in the improvement of the existing procedures and methods. In this framework, you are in regular contact with the various operational entities, in order to better grasp the activity monitored and communicate about the regulations to apply.
You thus contribute to the steering and financial security of the Group.

Management Controller

You:
  • exercise continuous control on the company's activities via a system of reporting and corrective actions in the framework of the financial and strategic plan,
  • set up management procedures enabling the analysis, monitoring, and control of results and profits,
  • produce all the financial information necessary for investment decisions and budget allocations,
  • produce management reports at Group level,
  • provide internal advice to enable optimum use of resources.

ALM Analyst

Within the department in charge of the monitoring and management of the equilibrium of the balance sheet, you participate in the financial analysis of operations on behalf of our customers or corporate centre operations. You seek and implement the most suitable refinancing and investment methods, in compliance with banking regulations. Lastly, you take part in the improvement of the reporting system specific to this ALM activity.

BANKING OPERATIONS MANAGEMENT

International/European Back Office Manager

Part of Global Transaction & Payment Services (GTPS), you are in charge of international transactions for a client portfolio that includes foreign banks and large accounts. You ensure accurate handling and monitoring of remittances to the various clearing systems that enable banks and financial institutions to make transactions among themselves. You are customer oriented, handling their requests and settling disputes, if necessary.

Electronic Banking Advisor

You are a technical expert who works in the department in charge of e-commerce operations. Your job is to help retail banking customers and branch Customer Advisors with their electronic banking requirements (credit cards, automatic withdrawals and consultation). You work is done remotely via phone, e-mail, web and fax.

Collateral management analyst - SG CIB

Collateralisation aims to reduce counterparty risk incurred on OTC market transactions by setting up a guarantee. This contract defines how the assets used as collateral are calculated. The collateral management analyst is in charge of reconciling portfolios of transactions with the counterparty, calculating the value of these portfolios, and exchanging collateral assets with the counterparty as stipulated in the contract. Working closely with all functions of operations management, you are involved in contract management, calculating and verifying the valuation, managing margin calls and disputes, while contributing to the improvement of processes.
Significant experience in operations management and a keen understanding of counterparty risk are essential to performing this role, which has a strong relational dimension.

Trading support and market operations follow-up analyst - SG CIB

As a member of the Trading Support And Market Operations Follow-Up team, you ensure the integration of transactions in the information system (input, control, validation). You are the interface between the front office and all support functions, particularly when issues arise.
Good knowledge of financial products, responsiveness and interpersonal skills are required.

prinsi dasar asuransi syariah

9 Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Untuk melindungi atau memproteksi diri dan keluarga maka banyak para pakar ekonomi menyarankan kepada kita untuk mengikuti asuransi. Namun, kita tahu banyak sekali jenis asuransi yang ada di Indonesia, ada asuransi konvensional dan asuransi syariah mulai dari Asuransi Manulife, Asuransi Prudential, Asuransi Axa Mandiri, dan banyak yang lainnya.
Setiap asuransi memiliki prinsip dasar termasuk dalam asuransi syariah, mungkin bagi anda yang ingin mengetahui prinsip dasar yang digunakan dalam Asuransi Syariah adalah seperti yang akan kami jelaskan dibawah ini. Anda bisa menggunakan pengertian istilah – istilah berikut sebagai tinjauan pustaka dalam skripsi atau makalah yang sedang anda buat.
1. Prinsip Tauhid (Unity) merupakan prinsip utama yang digunakan oleh setiap aktivitas kehidupan manusia. Tauhid sendiri memiliki arti segala sesuatunya harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan, sebagai hukum yang mendasari untuk tidak menentang Allah SWT.
2. Keadilan (justice) ini merupakan Prinsip kedua yang digunakan oleh Asuransi Syariah yaitu harus memenuhi nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Tujuannya untuk dapat memahami hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan (saling sepakat).
3. Tolong-menolong (ta’awun), prinsip selanjutnya yaitu harus memiliki dasar saling Tolong-Menolong antara anggota. Seseorang yang bergabung dalam program asuransi syariah, harus memiliki niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban anggota lain yang suatu ketika mendapatkan musibah.
4. Kerja sama (cooperation), dalam literatur ekonomi islam selalu dan harus ada prinsip kerjasama. Sehingga sebagai makluk yang berakal di muka bumi ini dapat hidup bersama dengan damai dan makmur, karena memang manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial.
5. Amanah (trustworthy), prinsip ini digunakan untuk dapat mewujudkan saling percaya dimana perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan secara transparan kepada nasabah. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuamalah dan melalui auditor public.
6. Kerelaan (al-ridha) Setiap nasabah Asuransi Syariah harus bisa ridho / rela untuk menyetorkan sejumlah dana sebagai premi yang menjadi kewajiban untuk diserahkan kepada perusahaan asuransi yang akan difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial memang betul-betul digunakan untuk tujuan membantu anggota (nasabah) asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugiaan.
7. Larangan riba Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang melarang pengayaan diri dengan cara yang tidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan dan melarang riba.
8. Larangan maisir (judi) yaitu salah satu pihak ada yang diuntungkan namun di lain pihak justru merasa dirugikan. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagaian kecil saja. Juga adanya unsure keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan.
9. Larangan gharar (ketidak pastian) atau bisa juga disebut adanya Unsur Penipuan yaitu suatu tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

Pengertian Asuransi Syariah dan Perbedaannya dengan Asuransi Konvensional

Saat ini, ada banyak jenis dan manfaat yang ditawarkan oleh asuransi, di mana setiap perusahaan asuransi memiliki beragam fitur dan keunggulan pada masing-masing produk yang mereka keluarkan. Namun sebagai calon pengguna, maka sudah sewajarnya jika kita memahami dan mengenal dengan baik asuransi yang akan kita pilih dan gunakan. Hal ini akan membantu kita untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan yang maksimal atas penggunaan tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, asuransi syariah menjadi salah satu produk asuransi yang banyak dibicarakan dalam kalangan masyarakat. Asuransi ini hadir untuk memenuhi kepentingan dan keinginan banyak orang yang mengharapkan adanya sebuah produk asuransi yang halal dan sesuai dengan ketentuan syariah.
Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan saling tolong menolong di antara sejumlah orang, di mana hal ini dilakukan melalui investasi dalam bentuk aset (tabarru) yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Dalam asuransi syariah, diberlakukan sebuah sistem, di mana para peserta akan menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim jika ada peserta yang mengalami musibah. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa, di dalam asuransi syariah, peranan dari perusahaan asuransi hanyalah sebatas pengelolaan operasional dan investasi dari sejumlah dana yang diterima saja.

Baca Juga: 4 Keunggulan Kartu Kredit Syariah yang Wajib Diketahui

Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional

Asuransi Syariah dan Konvensional
Asuransi Syariah dan Konvensional via islamiceconomic.org

Dalam perkembangannya, asuransi syariah memiliki banyak keunggulan dan kelebihan jika dibandingkan dengan asuransi konvensional. Hal ini tentu saja membuat adanya perbedaan mendasar di antara kedua jenis asuransi tersebut. Berikut ini adalah perbedaan yang terdapat di antara asuransi syariah dan asuransi konvensional:
  • Pengelolaan RisikoPada dasarnya, dalam asuransi syariah sekumpulan orang akan saling membantu dan tolong menolong, saling menjamin dan bekerja sama dengan cara mengumpulkan dana hibah (tabarru). Dengan begitu bisa dikatakan bahwa pengelolaan risiko yang dilakukan di dalam asuransi syariah adalah menggunakan prinsip sharing of risk, di mana resiko dibebankan/dibagi kepada perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri.

    Sedangkan di dalam asuransi konvensional berlaku sistem transfer of risk, di mana resiko dipindahkan/dibebankan oleh tertanggung (peserta asuransi) kepada pihak perusahaan asuransi yang bertindak sebagi penanggung di dalam perjanjian asuransi tersebut.
  • Pengelolaan DanaPengelolaan dana yang dilakukan di dalam asuransi syariah bersifat transparan dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang polis asuransi itu sendiri.

    Di dalam asuransi konvensional, perusahaan asuransi akan menentukan jumlah besaran premi dan berbagai biaya lainnya yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan itu sendiri.
  • Sistem PerjanjianDi dalam asuransi syariah hanya digunakan akad hibah (tabarru) yang didasarkan pada sistem syariah dan dipastikan halal. Sedangkan di dalam asuransi konvensional akad yang dilakukan cenderung sama dengan perjanjian jual beli.
  • Kepemilikan DanaSesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah dana asuransi tersebut adalah milik bersama (semua peserta asuransi), di mana perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai pengelola dana saja. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi konvensional, karena premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik perusahaan asuransi tersebut, yang mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan dan pengalokasian dana asuransi.
  • Pembagian KeuntunganDi dalam asuransi syariah, semua keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan terkait dengan dana asuransi, akan dibagikan kepada semua peserta asuransi  tersebut. Namun akan berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional, di mana seluruh keuntungan yang didapatkan akan menjadi hak milik perusahaan asuransi tersebut.
  • Kewajiban ZakatPerusahaan asuransi syariah mewajibkan pesertanya untuk membayar zakat yang jumlahnya akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi konvensional.
  • Klaim dan LayananDi dalam asuransi syariah, peserta bisa memanfaatkan perlindungan biaya rawat inap di rumah sakit untuk semua anggota keluarga. Di sini diterapkan sistem penggunaan kartu (cashless) dan membayar semua tagihan yang timbul.

    Satu polis asuransi digunakan untuk semua anggota keluarga, sehingga premi yang dikenakan oleh asuransi syariah juga akan lebih ringan. Hal ini tidak berlaku dalam asuransi konvensional, di mana setiap orang akan memiliki polis sendiri dan premi yang dikenakan tentu akan lebih tinggi.

    Asuransi syariah juga memungkinkan kita untuk bisa melakukan double claim, sehingga kita akan tetap mendapatkan klaim yang kita ajukan meskipun kita telah mendapatkannya melalui asuransi kita yang lain.
  • PengawasanDi dalam asuransi syariah, pengawasan dilakukan secara ketat dan dilaksanakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dibentuk langsung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diberi tugas untuk mengawasi segala bentuk pelaksanaan prinsip ekonomi syariah di Indonesia, termasuk mengeluarkan fatwa atau hukum yang mengaturnya. Di setiap lembaga keuangan syariah, wajib ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas sebagai pengawas. DPS ini merupakan perwakilan dari DSN yang bertugas memastikan lembaga tersebut telah menerapkan prinsip syariah secara benar.

    DSN inilah yang kemudian bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap segala bentuk operasional yang dijalankan di dalam asuransi syariah, termasuk menimbang segala sesuatu bentuk harta yang diasuransikan oleh peserta asuransi, di mana hal tersebut haruslah bersifat halal dan lepas dari unsur haram. Hal ini akan dilihat dari asal dan sumber harta tersebut serta manfaat yang dihasilkan olehnya.

    Berbeda halnya dengan asuransi konvensional, di mana asal dari objek yang diasuransikan tidaklah menjadi sebuah masalah, karena yang dilihat oleh perusahaan adalah nilai dan premi yang akan ditetapkan dalam perjanjian asuransi tersebut.
  • Instrumen InvestasiHal ini juga menjadi sebuah perbedaan yang besar dalam asuransi syariah dan konvensional. Di dalam asuransi syariah, investasi tidak bisa dilakukan pada berbagai kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah dan mengandung unsur haram dalam kegiatannya. Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah:
      1. Perjudian dan permainan yang tergolong ke dalam judi. Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain: perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa, dan perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu. Jasa keuangan ribawi, antara lain: bank berbasis bunga, dan perusahaan pembiayaan berbasis bunga. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan / atau judi (maisir).
      2. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan berbagai barang, seperti: barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
    Ketentuan seperti ini tentu saja tidak berlaku di dalam asuransi konvensional, karena pada dasarnya di dalam asuransi   konvensional perusahaan akan melakukan berbagai macam investasi dalam berbagai instrumen yang ditujukan untuk mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Hal ini bisa dilakukan tanpa menggunakan/mempertimbangkan haram atau tidaknya instrumen investasi yang dipilih, karena pada dasarnya di dalam asuransi konvensional dana yang dilekola adalah benar-benar dana milik perusahaan dan bukan milik pemegang polis asuransi, dengan begitu perusahaan memiliki kewenangan penuh dalam penggunaan dana tersebut, termasuk dalam memilih jenis investasi yang akan digunakan.
    • Dana HangusDi dalam beberapa jenis asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi konvensional, kita mengenal istilah “dana hangus” yang mana hal ini terjadi pada asuransi yang tidak diklaim (misalnya asuransi jiwa yang pemegang polisnya tidak meninggal dunia hingga masa pertanggungan berakhir). Namun hal seperti ini tidak berlaku di dalam asuransi syariah, karena dana tetap bisa diambil meskipun ada sebagian kecil yang diikhlaskan sebagai dana tabarru.

    Pertimbangkan dengan Baik Asuransi yang Akan Digunakan

    Pada dasarnya asuransi syariah dan konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, di mana kita sebagai calon pengguna wajib memahami dan bisa mempertimbangkan dengan baik asuransi mana yang paling tepat untuk kita gunakan. Sesuaikan kebutuhan kita dengan jenis asuransi yang kita gunakan, dengan begitu kita bisa mendapatkan manfaat dan keuntungan yang maksimal atas penggunaan tersebut.

9 Things Exceptionally Smart Entrepreneurs Do to Be Successful

In the words of Winston Churchill, "Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts". And this couldn't be truer for founders.
Every entrepreneur strives to be successful but the sad truth is that most entrepreneurs fail. The difference between success and failure often comes down to these nine things:  
1. Takes calculated steps toward their goals each day. Leonard C. Green tells his students at Babson College that “Entrepreneurs are not risk takers. They are calculated risk takers,” author Paul B. Brown writes in an article.  Smart entrepreneurs don't just take any step or risk to achieve their goals, they look for ways to mitigate risk at every opportunity. “The difference between risk takers and calculated risk takers is the difference between failure and success,” Green says.
2. Concentrates on what they do best. Successful founders know what they can do and just focus on that. The other duties are passed to their team (Otherwise, founders get bogged down with small details and limit productivity.) To get the most out of team members, tasks need to be assigned that align with their skill sets.
Hire smart people and trust your team to deliver, and they will get the job done without your direct involvement.
3. Sees every problem as an opportunity. Most people see problems as distractions that delay their work schedule, but great entrepreneurs find solutions to obstacles. 
Successful entrepreneurs always think outside the box and figure out how to recover from failure, move on and try again without giving up.
4. Steps out of their comfort zones on a regular basis. Successful entrepreneurs always seek new challenges. Without it, they easily get bored and sometimes feel stagnant. They also look to find solutions -- and quickly.
Your comfort zone may feel safe but you need to push yourself out of it. Stretch your personal boundaries, connect with people that inspire you and take a different approach to how you work to achieve more.
5. Open to learning more. The most successful entrepreneurs have an internal urge to continually invest in their personal development -- and without hesitation. They have an innate desire to keep getting better at what they do. If they don't have the answer, they want to learn everything there is to know about an area that is unfamiliar to them.
The next time you talk to successful or great entrepreneurs, ask them about their personal initiatives that are intended to make them better and let them share what they are currently reading or doing to improve themselves.
6. Keeps track of short-term and long-term goals. The importance of measurable milestones cannot be overemphasized. And knowing the difference between short-term milestones and long-term goals is imperative. They measure progress weekly or monthly to make sure the team is on track to achieving the long-term goal of their businesses.
7. Focuses on delivering great value every day. Entrepreneurs solve problems. Those who concentrate on offering the best value for money always win. Successful entrepreneurs maintain laser focus on the end goal. They seek to serve customers better than the competition and strive to do just that. Through innovation, great entrepreneurs deliver new, better and improved products to stay ahead of the competition.
8. Celebrates small wins. While the focus is on thinking big and achieving your long-term goal, smart entrepreneurs know the importance of small wins in their businesses. They realize the importance of celebrating these wins – not just for the business but the team, too. It's important to keep your team motivated. Reward their efforts and celebrate your achievement with them.
9. Obsessed with getting work done smarter and faster not harder. You should strive to work smarter, not harder. Smart entrepreneurs create realistic schedules they can actually achieve within a given period. They maximize their productivity by leveraging tools that can make them achieve more without necessarily working harder.
Set yourself up for higher productivity by creating a realistic to-do list and limiting how many items you add to your list of things to do every day. Evaluate yourself by how you get things done rather than the time it takes to get them done.

The Smart Entrepreneur: How to Build for a Successful Business

More people than ever are becoming entrepreneurs, but the perils of starting your own business are well–documented. The Smart Entrepreneur teaches you how to avoid these pitfalls and make your business a success by following a series of practical and easy–to–understand steps
The Smart Entrepreneur uses a combination of both mainstream business experiences and state–of–the–art academic research, distilled into an accessible reference book specifically targeted at those interested in business start–ups. Designed to appeal to everyone, from business students looking to commercialize a business idea to managers looking to inspire entrepreneurial thinking in their teams.

tujuan dan manfaat studi kelayakan bisnis

Tujuan Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
             
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003),  Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:    
1.      Menghindari resiko kerugian
Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang, karena dimasa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.  
2.      Memudahkan perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa-siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai waktu yang ditentukan.


3.      Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan.

4.      Memudahkan pengawasan
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.

5.      Memudahkan pengendalian
Jika dalam pelaksanan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.


MANFAAT STUDI KELAYAKAN BISNIS. 

menurut Husein Umar (2003) Pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis ini dapat dijelaskan dibawah ini :
1.      Pihak Investor
Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari. Misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut serta menanamkan modal pada proyek yang akan dikerjakan itu. Sudah tentu calon investor ini akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena calon investor mempunyai kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang akan ditanamkan.

2.      Pihak Kreditor
Pendanaan proyek dapat juga dipinjamkan dari bank. Pihak bank, sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu dikaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi-sisi lain, misalnya bonafiditas dan tersedianya anggunan yang dimiliki perusahaan.

3.      Pihak Manajemen Perusahaan
Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan (sendiri). Terlepas dari siapa yang membuat, pembuatan proposal ini merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan dari kreditor.

4.      Pihak Pemerintahan dan Masyarakat
Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimana pun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan perusahaan. Penghematan devisa negara penggalakan ekspor nonmigas dan pemakaian tenaga kerja massal merupakan contoh-contoh kebijakan pemerintahan disektor ekonomi. Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintahan inilah diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsudi dan keringanan lain.

5.      Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
Dalam menyusun kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk mengetahui biaya dan manfaat tersebut antara lain ditinjau dari aspek Rencana Pembangunan Nasional, distribusi nilai tambah pada seluruh masyarakat, nilai investor per tenaga kerja, pengaruh sosial, serta analisis kemanfaatan dan beban sosial. Jadi, jelas bahwa studi kelayakan bisnis yang dibuat perlu dikaji demi tujuan-tujuan pembangunan ekonomi nasional.

pengertian studi kelayakan bisnis dan tahapan-tahapannya

Suatu kegiatan bisnis pasti melibatkan banyak pihak yang memiliki berbagai kepentingan yang berbeda, seperti para investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan. Investor berkepentingan untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain.

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam memulai suatu bisnis, dimana dasar dari pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat diperoleh melalui suatu studi terhadap berbagai aspek mengenai kelayakan suatu bisnis yang akan dijalankan, sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.

Jadi pengertian studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.

Studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

Aspek-aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis

Berikut ini aspek-aspek yang harus diteliti dalam suatu Studi Kelayakan Bisnis, yaitu:

1.    Aspek hukum
Menyangkut semua legalitas rencana bisnis yang akan kita laksanakan yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku diantaranya :
•    Izin lokasi
o    Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan  hukum lainnya.
•    NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
•    Surat tanda daftar perusahaan
•    Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
•    Surat tanda rekanan dari pemda setempat
•    SIUP setempat


2.    Aspek sosial ekonomi dan budaya
Menyangkut dampak yang diberikan kepada masyarakat sekitar karena adanya suatu kegiatan usaha tersebut, diantaranya:
•    Dari sisi budaya, apa dampak keberadaan bisnis kita terhadap kehidupan masyarakat, kebiasaan adat setempat, dan lain-lain.
•    Dari sudut ekonomi, seperti seberapa besar tingkat pendapatan per kapita penduduk, apakah proyek dapat mengubah atau justru mengurangi income per capita penduduk setempat, pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga kerja setempat atau UMR.
•    Dan dari segi sosial, apakah dengan adanya bisnis kita, menjadi semakin ramai, lalu lintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lainnya, pendidikan masyarakat setempat dan untuk mendapatkan itu semua adalah dengan wawancara, kuesioner, dokumen, dan lain-lain. Untuk melihat apakah suatu proyek layak atau tidak dilakukan dengan membandingkan keinginan investor atau pihak yang terkait dengan sumber data yang terkumpul.

3.    Aspek pasar dan pemasaran
menyangkut apakah ada peluang pasar untuk produk yang akan dihasilkan oleh kegiatan usaha kita, dengan melihat hal-hal berikut :
•    Potensi pasar
•    Jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau hasrat untuk membeli.
•    Tentang perkembangan/pertumbuhan penduduk
•    Daya beli, kemampuan konsumen dalam rangka membeli barang mencakup tentang perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen, kecenderungan permintaan masa lalu, dll.
•    Pemasaran, menyangkut tentang starategi yang digunakan untuk meraih sebagian pasar potensial atau pelung pasar atau seberapa besar pengaruh strategi tersebut dalam meraih besarnya market share.

4.    Aspek teknis dan teknologi
Menyangkut pemilihan lokasi, alat-alat, yang sesuai dengan hasil yang diinginkan, lay out, dan pemilihan teknologi yang sesuai.

5.    Aspek manajemen
Menyangkut pembangunan dan operasional.

6.    Aspek keuangan
Menyangkut sumber dana yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang bersangkutan.


Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis

1.    Penemuan Ide
Agar dapat menghasilkan ide proyek yang dapat menghasilak produk laku untuk dijual dan menguntungkan diperlukan penelitian yang terorganisasi dengan baik serta dukungan sumber daya yang memadai. Jika ide proyek lebih dari satu, dipilih dengan memperhatikan:
•    ide proyek sesuai dengan kata hatinya
•    pengambil keputusan mampu melibatkan diri dalam hal-hal yang sifatnya teknis
•    keyakinan akan kemampuan proyek menghasilkan laba.

2.    Tahap Penelitian
Setelah ide proyek terpilih, dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan metode ilmiah:
•    mengumpulkan data
•    mengolah data
•    menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data
•    menyimpulkan hasil
•    membuat laporan hasil

3.   Tahap Evaluasi.
Evaluasi yaitu membandingkan sesuatu dengan satu atau lebih standar atau kriteria yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Ada 3 macam evaluasi:
•    mengevaluasi usaha proyek yang akan didirikan
•    mengevaluasi proyek yang akan dibangun
•    mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara rutin
Dalam evaluasi bisnis yang akan dibandingkan adalah seluruh ongkos yang akan ditimbulkan oleh usulan bisnis serta manfaat atau benefit yang akan diperkirakan akan diperoleh.

4.   Tahap Pengurutan Usulan yang Layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan rencana bisnis yang dianggap layak, perlu dilakukan pemilihan rencana bisnis yang mempunyai skor tertinggi jika dibanding usulan lain berdasar kriteria penilaian yang telah ditentukan.

5.   Tahap Rencana Pelaksanaan
Setelah rencana bisnis dipilih perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek. Mulai dari penentuan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga perencana, ketersediaan dana dan sumber daya lain serta kesiapan manajemen.

6.   Tahap Pelaksanaan
Dalam realisasi pembangunan proyek diperlukan manajemen proyek. Setelah proyek selesai dikerjakan tahap selanjutnya adalah melaksanakan operasional bisnis secara rutin. Agar selalu bekerja secaa efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan laba perusahaan, dalam operasional perlu kajian-kajian untuk mengevaluasi bisnis dari fungsi keuangan, pemasaran, produksi dan operasi.

Hasil Studi Kelayakan Bisnis

Hasil studi kelayakan bisnis berupa dokumentasi lengkap dalam bentuk tertulis yang diperlihatkan bagaimana rencana bisnis memiliki nilai-nilai positif bagi aspek-aspek yang diteliti, sehingga akan dinyatakan sebagai proyek bisnis yang layak.

Etika dalam Studi Kelayakan Bisnis

Aspek moral dan etika dalam bisnis, khususnya dalam studi kelayakan bisnis (SKB) menjadi hal yang penting. Perilaku etis mengacu pada norma-norma atau standar-standar moral pribadi dalam hubungannya dengan orang lain agar dapat terjamin tidak seorangpun yang akan dirugikan.

1. Etika peneliti pada responden
Dalam pengumpulan data dari para responden, perlu diingat hak atas kebebasan pribadi sehingga responden tidak akan dirugikan baik secara fisik maupun mental.

2. Etika peneliti pada klien
Dalam suatu studi kelayakan bisnis pertimbangan-pertimabangan etis terhadap klien perlu diperhatikan. Karena klien mempunyai hak atas penelitian yang dilakukan secara etis.

3. Etika peneliti pada asisten
Peneliti biasanya asisten peneliti, tidak etis jika menugaskan seorang asisten melakukan suatu  wawancara yang bisa membahayakan.

4. Etika klien
Sering terjadi peneliti kelayakan bisnis diminta oleh kliennya untuk mengubah data, mengartikan data dari segi yang menguntungkan atau menghilangkan bagian-bagian dari hasil analisis yang dianggap merugikan, kalau peneliti menuruti keinginan tersebut bisa jadi profesi peneliti akan hancur.

Manfaat studi kelayakan bisnis

1.  Pihak Investor
Sebelum menanamkan modalnya di perusahaan yang akan dijalankan investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, karena investor memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan modal yang akan ditanamkan.

2. Pihak Kreditor
Sebelum memberikan kredit pihak bank perlu mengkaji studi kelayakan bisnis dan mempertimbangkan bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimilliki.

3. Pihak Manajemen Perusahaan
Sebagai leader manajemen perusahaan juga memerlukan studi kelayakan bisnis untuk mengetahui dana yang dibutuhkan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan kreditor

4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat
Perusahaan yang akan berdiri harus memperhatikan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah agar dapat diprioritaskan untuk dibantu oleh pemerintah.

5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang ditimbulkan proyek terhadap perekonomian nasional, karena sedapat mungkin proyek dibuat demi tercapainya tujuan-tujuan nasional.

what is islamic marketing ?

Islamic Marketing is a very new field in Marketing. While concepts of inviting non-Muslims towards Islam (da’wah) and enjoining others to do good and forbid evil (amr ma’ruf nahi munkar) are not alien to the Islamic tradition, these have to be recognized as the communication process of the value delivery, and a tip of what Islamic Marketing could really be all about. Islamic ethics within economics as well is not new, with the Prophet being known as the Truthful one (Al-Amin) and himself a trader. This unique combination resulted in many early Arabian merchants converting into Islam because of this admiration of the commendable character and through that, bringing with them the entrepreneurial zest and motivation needed to further advance the religion. Transactions and trade (Muamalat and Tijarah) are also not new in the Islamic tradition and are much related with the revenue and costing aspects of the process of marketing too. Here the attention is towards fair pricing, removing of uncertainty, gambling, interest and actiivites considered haram. Islamic Finance, a relatively new subject in itself, has gained much strides in the advancement of its own models and principles.
However the challenge here is that all of the above, when viewed from a marketing lens in relation to Islamic principles and practices, are in bits and pieces and have not yet been unified as a proper body of knowledge. There has also been not been an in-depth study into what Islam can really offer to the social science of marketing. Much of current discussions are loose and based on applications of Islamic principles to contemporary western ideas of marketing, or adaptive reform (Ramadan, 2009). While this application of principles is important, this may not address the root challenges such ideas have been based on which may not be faithful to the ethics and principles of the Islamic tradition. Hence, serious study and research also needs to be put into place in order for new models and frameworks to emerge, that is transformational reform (Ramadan 2009), grounded in Islamic teachings and principles.
Islamic Marketing as a social science is so new that there has yet to be a definitive definition to what it really means. Developing a standard definition is important because only with standard definitions can organized discussions take place, as all parties are on the same page with respect to what they really have in mind.
The best definition for Islamic Marketing thus far is that “Islamic Marketing is the study of marketing phenomena in relation to Islamic principles and practices or within the context of Muslim societies” (Jafari, 2012). Here Islamic Marketing could be religion-based marketing (Alserhan, 2011) in which your marketing actvities are guided within the framework of Islamic Shariah, or Islamic Marketing could also mean the practices carried out by companies, Muslims or otherwise, to Muslim consumers (Alserhan, 2011).
The industry as well is new. Only in 2010 was the Journal of Islamic Marketing created to lay the foundation of, and advance, Islamic marketing as a new discipline. Even renowned international marketing agency Ogilvy and Mather published Ogily Noor to look into Islamic branding in 2010. The first Global Islamic Marketing Conference began in 2011. The first published marketing book attempting to deal with the subject in a structured manner “The Principles of Islamic Marketing” by Dr Alserhan also was published in 2011.
What can the advancement of Islamic Marketing offer? According to Ogilvy Noor (2012), the Muslim consumer market, consisting of 1.8billon people is undeniably the next important (and largely untapped) global opportunity. The halal market alone is worth US$2.1 trillion a year and is increasing at US$500bn a year due to the growth of the global Muslim population. It is expected that the global Muslim consumer Market will reach $30 trillion by 2050 (Alserhan, 2011). For both Muslims as well as non-muslims, this represents a tremendous business opportunity to create new products and services to the needs and nuances of niche Muslim markets, such as swimwear catering to Muslimah, or accommodation services which take into account family and gender issues relevant to the Muslim context. For Muslims engaged in business activities, Islamic Marketing is another advancement towards staying true to our beliefs and principles as Muslims, in the context of marketing. Here the advancement of this science is important because it is our communal religious duty (fard kifayah) to be represented as those who champion this new social science which roots itself it the Quran and Sunnah. At the same time, this initiative is in the spirit of past great scholars who developed their own frameworks and methodologies (e.g. usul Fiqh), and it is our greater calling to make this religion come alive in the field of marketing.
Muslims can participate in the development of Islamic Marketing in several ways. The first step is to recognize that Islam can encompass every aspect of our lives. This includes Marketing. Hence while we are doing our marketing activities wear the hat of an “Islamic Marketeer” and apply what you know about Islam and the shariah, to ensure that your marketing is free from obvious prohibitions. This is minimum while we await for a more comprehensive form of Islamic Marketing to be developed. This is also a call to all Muslims doing business, men or women, young or old, small or large businesses to upgrade our religious knowledge to be able to carry out the activity above. As the famous story of Saiyidina Umar Ibn Khattab r.a. who would dispel businessmen in the market place who didn’t know well enough their shariah principles, we too are not free from this obligation to learn about our religion should we become involved in business and trade as there is more to it then just haram because of riba. We can only know what is good and forbidden if we learn the religion properly. With that being said, Muslim businessmen and women should also strive to upgrade their knowledge in marketing.
The next step Muslims can take to practice Islamic Marketing is to become active excellent contributors to society as a whole. Here, what we are trying to market is Islam, and we do so with our character in our various fields of work. By marketing Islam, it does not mean we treat Islam as a commodity, but as the most valuable brand there is, and spreading this goodness to all. Hence, if we are a student, we study hard and do our best to excel in the field that we are in. If we are a doctor, we champion the cures for certain diseases. If we are husband, and father we show through our actions what a strong loving family can look like which can aid social harmony. If we are a businessman, we do our business with honesty, commendable character and at the same time excelling in standards so that all in society, Muslims and otherwise, can look up to us. Only if we show excellence, and contribute to society, do we shine as Muslims, and show that Islam is not a religion for the lazy and uninitiated, but is one that is well alive, and can continue to contribute to the eco system for the benefit for all and truly be a blessing to all, beyond just words, with real action and contribution, just as how we as an ummah did in the past.
In the hope to receive His mercy. Wallahu’alam.

10 tips for giving a great presentation in english

Giving the perfect oral presentation in English requires practice. Remember that even great orators like Steve Jobs, Abraham Lincoln, Nelson Mandela and Martin Luther King became excellent public speakers through years of dedicated practice.
When preparing your presentation in English, we recommend you watching and listening to the recordings of their public speeches as an example. Check out our video lesson and some other useful tips for giving a great presentation below.
Watch the video lesson: Tips for Giving a Great Presentation

1. THINK ABOUT THE DETAILS IN ADVANCE

Giving a presentation in front of an audience is always stressful. Thinking about such details as the location of the presentation, equipment, materials, timing, your appearance and outfit will help you avoid nervousness.

2. DO YOUR HOMEWORK

Effective preparation requires consideration of the following things:
  • Ask yourself what the presentation is all about, its title and its goal
  • Think about who your audience is
  • Figure out what your main message is
  • Think about the structure of the presentation: the opening, the main part and the summary
  • Make it easier for the audience and yourself: use simple language
  • Prepare yourself for questions. Think about what questions the audience might ask
  • Usually an orator has a maximum of 15 minutes to present. So, make the presentation simple, have no more than 20 slides using a font that is legible from a distance
  • Don’t put large blocks of text in your presentation. No one will be interested in reading it; people prefer visual material. So think about images, graphs and videos that support your idea, but don’t overwhelm the audience with too many visual aids

3. INTRODUCE YOURSELF AND SET THE THEME

At the beginning of the presentation, it’s important to introduce yourself, giving your full name, position and company you represent. Some people also include their contact information on the first slide. That’s in case you want someone from the audience to contact you after your presentation. After the introduction, don’t forget to state the topic of your presentation.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“Hello, ladies and gentlemen, thank you for coming…”
“The topic of today’s meeting is…”
“Let’s get the ball rolling”
“Shall we get started?”

4. PROVIDE AN OUTLINE OR AGENDA OF YOUR PRESENTATION

Providing an outline of the presentation is a must, as people want to know why they should listen to you. That’s why the opening part is very important. It should be cheerful, interesting and catchy. You should know it by heart, so you don’t lose track of your thoughts even if you are nervous.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“I’d like to give you a brief outline of my presentation…”
“Here is the agenda for the meeting…”
“My presentation consists of the following parts…”
“The presentation is divided into four main sections…”
5. Explain When the Listeners Can Ask Questions
A Question & Answer period (Q&A) usually takes place at the end of the presentation, so you have enough time to deliver the main message of your speech without being interrupted by multiple questions. If you want the audience to ask questions during or after the presentation, say so.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“There will be a Q&A session after the presentation”
“Please feel free to interrupt me if you have any questions”
“I will be happy to answer your questions at any time during the presentation”

6. MAKE A CLEAR TRANSITION IN BETWEEN THE PARTS OF THE PRESENTATION

Using transition words and phrases in English makes your presentation look smooth and easy to follow.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“I’d like to move on to another part of the presentation…”
“Now I’d like to look at…”
“For instance…”
“In addition…”
“Moreover…”
“This leads me to the next point…”

7. WOW YOUR AUDIENCE

If you are not excited by your presentation, your audience will not be excited either. When presenting, you should plan to wow your audience. Use adjectives and descriptive words as they will help to attract the audience’s attention and make your speech more vivid and memorable.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“The product I present is extraordinary.”
“It’s a really cool device”
“This video is awesome”
“This is an outstanding example”

8. MAKE YOUR DATA MEANINGFUL

If you need to present numbers or some comparative analysis of algorithms for integration, use some visuals to present it. You can use charts, graphs or diagrams to make your data meaningful and visually attractive. Remember that pie charts are good for representing proportions, line charts to represent trends, column and bar charts for ranking.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“Here are some facts and figures”
“The pie chart is divided into several parts”
“The numbers here have increased or gone up”
“The numbers change and go down (decrease)”
“The numbers have remained stable”

9. SUMMARIZE

At the end of the presentation, briefly summarize the main points and ideas. Provide the audience with your opinion and give them a call to action, let them know what you want them to do with the information you’ve shared. End of the presentation by thanking all the listeners and inviting them to the Q&A.

USEFUL PHRASES IN ENGLISH:

“Let’s summarize briefly what we’ve looked at…”
“In conclusion…”
“I’d like to recap…”
“I’d like to sum up the main points…”

10. PRACTICE

Try rehearsing your presentation using the above tips. Practice in front of a mirror or with your friends, parents or spouse. The more you practice, the better. While practicing, try not to use crutch words (examples: uhhhhh, ahhhh, so on, you know, like etc.)
SHARE:

LP3I Banda Aceh

Jenjang Pendidikan Alur Gambar: Usia rata-rata masuk ke Perguruan Tinggi yaitu usia 18 tahun Selama semester 1 s...